Brisita
Dyah Eskia
Putra
Sang Fajar
Suara tangis lantang terngiang
Lahir sosok insan pembawa perubahan
Bumi menerima dengan halus
Angkasa
menyelimuti tanpa haus
Hitam langit terlihat kedip bintang
Venus
‘’ Siapa dia ?’’, tanya Venus
‘’ Putraku ‘’, sahut Surya
‘’ Putramu ?’’
“” Ya putra sang fajar’’
Tangan bayi ini menggengam alam raya
Sontak burung bernyanyi iringi tangisnya
Putra Raden Soekemi Sostrodiharjo dan
ibunda Ida Ayu Nyoman Rai
Terletak hangat raga mungil di dekapan
sang ibunda
Terlihat titik air mata menetes haru
membasahi pipinya
Senyum Rama mengembang penuh bahagia
Keyakinan dalam hati tertanam
Putranya akan tumbuh menjadi penerang
‘’ Suroboyo ‘’, tempat itu menyebutkan
nama
‘’ Koesno Sostrodiharjo ‘’, begitulah
sebutan dari orang tua
Kini Koesno kecil berusia lima tahun
Di bilik terbaringlah ia di samping Rama
dan Ibunda, tengah sakit rupanya
‘’ Bagaimana dengan putraku Rama ?’’
‘’Ia akan segera pulih, tenanglah ‘’
Keluar Sang Raden meninggalkan putra dan
istrinya
Di atas kursi kayu ia berdo’a
Sembari memandang pohon dan tarian
tumbuhan
Burung terbang bebas menghias angkasa
luas
Karpet biru terbentang dengan motif
beragam
Terselip di benak sang Raden akan sebuah
nama
‘’ Soekarno ‘’, begitulah namanya saat
ini
Bersama kakaknya Sukarmini ia tinggal
bersama kakeknya, di Tulung Agung
Namun berpindah ke Mojokerto bersama
Rama dan Ibunda
Ia terus tumbuh sebagai kesatria
Pidato yang dapat membuat rakyat terbius
Melewati
satu persatu jenjang pendidikan
Menimba ilmu di sekolah dasar
Sampai di perguruan tinggi
Tahun 1926 lewetlah sudah ujian
Tak mudah bangsa ini terjajah, duri bertebaran
dimana-mana
Soekarno
dan tahta Kepresidenan
Terlewat masa perubahan
Pejajah Jepang menarik hati Indonesia
Para pejuang menundukkannya
Hingga tertulis kata merdeka
Pidato pembukaan jelang teks proklamasi
di cetuskan, Soekarno berkata
‘’ meski kita bekerjasama dengan Jepang
sebenarnya kita percaya dan yakin, serta mengandalkan kekuatan sendiri ‘’
Agustus 1965 kesehatan Soekarno menurun
Ia didiaknosa mengidap gangguan ginjal
Hingga pada 21 Juni 1970 Soekarno
menghembuskan nafas terakhir
Jasadnya tertanam abadi di Kota Blitar
di samping pusara Ibunda tercinta
Soekarno telah berpulang, Soekarno telah
berpulang !
Namun, ia tetap hidup di tengah bangsa
Garuda
Harum nama terkenang
Gelora Bung Karno, Bandara
Soekarno-Hatta
Tetapi Bangsa Indonesia lebih
mengenalnya Sang Proklamator
0 comments :
Post a Comment